JUMAT, 5 SEPTEMBER 2025

Kenangan di Balik Mangrove Bedul: Warga Berharap Wisata Bangkit Kembali

BANYUWANGI, news.mediabanyuwangi.com – Taman Nasional Alas Purwo di Banyuwangi, Jawa Timur, menyimpan banyak keindahan alam yang memukau. Salah satunya adalah hutan bakau atau mangrove di Blok Bedul yang dulu pernah menjadi tujuan wisata mangrove. Terletak di Dusun Blok Solo, Desa Sumberasri, Kecamatan Purwoharjo, tempat itu menawarkan pengalaman wisata alam yang asri dan memukau. Senin (29/07/2024).

Meski wisatawan harus menempuh jalan yang kurang bersahabat untuk mencapai kawasan ini, keasrian dan keindahan alamnya tetap menjadi daya tarik tersendiri, terutama di akhir pekan. Suasana alami di hutan mangrove Blok Bedul terasa sangat menenangkan, karena berada dalam kawasan Taman Nasional Alas Purwo yang masih terjaga keasriannya.

Hutan mangrove di Blok Bedul membentang seluas 1.200 hektar sepanjang 18 kilometer. Tempat ini dinamakan Bedul karena banyaknya ikan bedul yang hidup di Segara Anakan, muara sungai yang mengalir ke Samudera Hindia. Ikan ini sering menjadi lauk sehari-hari bagi masyarakat setempat.

Namun, kondisi wisata Bedul saat ini jauh berbeda dibandingkan sebelum pandemi Covid-19. Fasilitas seperti dermaga kapal wisata yang dulu berfungsi kini terlihat rusak dan tidak terawat. Wisata pantai Bedul yang dulu dikelola oleh pihak Desa Sumberasri dan Taman Nasional kini tampak sepi. Hanya tiga warung milik penduduk setempat yang masih beroperasi, itupun dengan jumlah pengunjung yang sangat sedikit.

Eko, salah satu warga setempat, menjelaskan bahwa warung-warung ini masih buka untuk melayani para nelayan yang memancing ikan di sekitar kawasan tersebut.

“masih ada tiga warung yang buka, itu pun hanya melayani bagi para pemancing,” terangnya

Andi, pemilik salah satu warung, yang rumahnya tak jauh dari wisata bercerita bahwa meskipun ada pengunjung yang datang, jumlahnya tidak sebanyak dulu dan kebanyakan mereka para pemancing.

"Selain berjualan, saya juga mencari kerang untuk tambahan penghasilan, karena hanya mengandalkan warung saja tidak cukup," ungkap Andi.

Andi berharap agar pemerintah daerah bisa membuka kembali wisata Blok Bedul agar penduduk setempat bisa berdagang dengan layak. "Kami berharap Blok Bedul bisa kembali seperti dulu, menjadi tempat wisata yang ramai, agar kami bisa kembali berdagang dan mendapatkan penghasilan yang layak," harapnya.

"Jika pengunjung ramai, pendapatan kami cukup untuk menghidupi keluarga," tambahnya.

Eko mengenang saat wisata Bedul masih ramai pengunjung. Untuk menyeberangi Segara Anakan, tersedia perahu tradisional yang disebut gondang gandung. Perahu ini berkapasitas 10-15 penumpang dengan tarif Rp 200.000 untuk perjalanan menyusuri Segara Anakan. Perjalanan yang memakan waktu sekitar 10 menit ini menawarkan pemandangan yang menakjubkan, dengan burung bangau dan berbagai satwa lainnya yang menjadi teman perjalanan.

Selain burung bangau, di kawasan ini juga terdapat burung elang, kera, dan biawak. Pada bulan-bulan tertentu, wisatawan dapat menjumpai burung migran dari Australia yang singgah di sini. Menyusuri Segara Anakan yang lebar, wisatawan akan dibawa ke Sungai Kere yang lebih sempit dan penuh dengan pohon mangrove lebat.

Di sungai ini, wisatawan dapat menikmati suasana sunyi yang hanya diiringi oleh suara serangga. Eko mengingat betapa tenangnya suasana saat mesin perahu dimatikan. "Sunyi dan sepi. Begitu alami. Rasanya benar-benar suasana sunyi yang mungkin sulit ditemukan di tempat lain," ujarnya.

Eko berharap suatu hari nanti, wisata Blok Bedul bisa kembali ramai seperti dulu. "Ketika masih dibuka, perjalanan berwisata ke hutan Mangrove Blok Bedul diakhiri dengan Sang Surya yang perlahan turun di ufuk barat, mengakhiri perjalanan yang indah," kenangnya.

Kini, wisata Bedul tinggal cerita dan kenangan. Penduduk setempat berharap Blok Bedul bisa kembali menjadi destinasi wisata seperti dulu. Dengan dukungan pemerintah dan masyarakat, keindahan alam Bedul diharapkan dapat kembali memikat wisatawan, memberikan harapan baru bagi warga setempat yang menggantungkan hidup dari wisata ini. (Rony/Nanang//MB).            



Sebarkan :

Ikuti diskusi dan kirim pendapat anda melalui form di bawah ini.



JUMAT, 5 SEPTEMBER 2025