Kenangan di Balik Mangrove Bedul: Warga Berharap Wisata Bangkit Kembali
news.mediabanyuwangi.com | Senin, 29/07/2024 09:25
Wisata Bedul di Taman Nasional Purwo Banyuwangi. (Foto : Nanang Eko Triyanto)
BANYUWANGI,
news.mediabanyuwangi.com – Taman Nasional Alas Purwo di Banyuwangi, Jawa Timur,
menyimpan banyak keindahan alam yang memukau. Salah satunya adalah hutan bakau
atau mangrove di Blok Bedul yang dulu pernah menjadi tujuan wisata mangrove.
Terletak di Dusun Blok Solo, Desa Sumberasri, Kecamatan Purwoharjo, tempat itu
menawarkan pengalaman wisata alam yang asri dan memukau. Senin (29/07/2024).
Meski
wisatawan harus menempuh jalan yang kurang bersahabat untuk mencapai kawasan
ini, keasrian dan keindahan alamnya tetap menjadi daya tarik tersendiri,
terutama di akhir pekan. Suasana alami di hutan mangrove Blok Bedul terasa
sangat menenangkan, karena berada dalam kawasan Taman Nasional Alas Purwo yang
masih terjaga keasriannya.
Hutan
mangrove di Blok Bedul membentang seluas 1.200 hektar sepanjang 18 kilometer.
Tempat ini dinamakan Bedul karena banyaknya ikan bedul yang hidup di Segara
Anakan, muara sungai yang mengalir ke Samudera Hindia. Ikan ini sering menjadi
lauk sehari-hari bagi masyarakat setempat.
Namun,
kondisi wisata Bedul saat ini jauh berbeda dibandingkan sebelum pandemi
Covid-19. Fasilitas seperti dermaga kapal wisata yang dulu berfungsi kini
terlihat rusak dan tidak terawat. Wisata pantai Bedul yang dulu dikelola oleh
pihak Desa Sumberasri dan Taman Nasional kini tampak sepi. Hanya tiga warung
milik penduduk setempat yang masih beroperasi, itupun dengan jumlah pengunjung
yang sangat sedikit.
Eko,
salah satu warga setempat, menjelaskan bahwa warung-warung ini masih buka untuk
melayani para nelayan yang memancing ikan di sekitar kawasan tersebut.
“masih ada
tiga warung yang buka, itu pun hanya melayani bagi para pemancing,” terangnya
Andi,
pemilik salah satu warung, yang rumahnya tak jauh dari wisata bercerita bahwa
meskipun ada pengunjung yang datang, jumlahnya tidak sebanyak dulu dan kebanyakan
mereka para pemancing.
"Selain
berjualan, saya juga mencari kerang untuk tambahan penghasilan, karena hanya
mengandalkan warung saja tidak cukup," ungkap Andi.
Andi
berharap agar pemerintah daerah bisa membuka kembali wisata Blok Bedul agar
penduduk setempat bisa berdagang dengan layak. "Kami berharap Blok Bedul
bisa kembali seperti dulu, menjadi tempat wisata yang ramai, agar kami bisa
kembali berdagang dan mendapatkan penghasilan yang layak," harapnya.
"Jika
pengunjung ramai, pendapatan kami cukup untuk menghidupi keluarga,"
tambahnya.
Eko mengenang saat wisata Bedul masih ramai pengunjung. Untuk menyeberangi Segara
Anakan, tersedia perahu tradisional yang disebut gondang gandung. Perahu ini
berkapasitas 10-15 penumpang dengan tarif Rp 200.000 untuk perjalanan menyusuri
Segara Anakan. Perjalanan yang memakan waktu sekitar 10 menit ini menawarkan
pemandangan yang menakjubkan, dengan burung bangau dan berbagai satwa lainnya
yang menjadi teman perjalanan.
Selain
burung bangau, di kawasan ini juga terdapat burung elang, kera, dan biawak.
Pada bulan-bulan tertentu, wisatawan dapat menjumpai burung migran dari
Australia yang singgah di sini. Menyusuri Segara Anakan yang lebar, wisatawan
akan dibawa ke Sungai Kere yang lebih sempit dan penuh dengan pohon mangrove
lebat.
Di sungai
ini, wisatawan dapat menikmati suasana sunyi yang hanya diiringi oleh suara
serangga. Eko mengingat betapa tenangnya suasana saat mesin perahu
dimatikan. "Sunyi dan sepi. Begitu alami. Rasanya benar-benar suasana
sunyi yang mungkin sulit ditemukan di tempat lain," ujarnya.
Eko berharap suatu hari nanti, wisata Blok Bedul bisa kembali ramai seperti dulu.
"Ketika masih dibuka, perjalanan berwisata ke hutan Mangrove Blok Bedul
diakhiri dengan Sang Surya yang perlahan turun di ufuk barat, mengakhiri
perjalanan yang indah," kenangnya.
Kini, wisata
Bedul tinggal cerita dan kenangan. Penduduk setempat berharap Blok Bedul bisa
kembali menjadi destinasi wisata seperti dulu. Dengan dukungan pemerintah dan
masyarakat, keindahan alam Bedul diharapkan dapat kembali memikat wisatawan,
memberikan harapan baru bagi warga setempat yang menggantungkan hidup dari
wisata ini. (Rony/Nanang//MB).
Sebarkan :
Ikuti diskusi dan kirim pendapat anda melalui form di bawah ini.